WARTATIMES BALI – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terpukau dengan produk-produk lokal Bali
saat mengunjungi pameran Industri Kecil dan Menengah (IKM) Bali Bangkit Tahap II 2022 di Gedung Ksirarnawa, Taman Werdhi Budaya Bali, Kota Denpasar, Bali, Minggu (27/3).
Ganjar ditemani istrinya, Siti Atikoh yang juga ketua Dekranasda Jateng serta didampingi Ketua Dekranasda Bali Putri Suastini Koster, melihat berbagai produk mulai dari kain tenun, batik, hingga furnitur. Ganjar kagum dengan hasil karya yang dipamerkan di sana.
“Ternyata ada desain yang sangat tradisional, ada desain yang modern dan banyak jenis limbah aja jadi bagus,” kata Ganjar usai berkeliling.
Ganjar juga sempat berbincang dengan sejumlah pengrajin kain yang sedang mempraktekkan proses tenun. Menurut Ganjar, Bali punya kebijakan bagus dalam mendukung penggunaan produk lokal.
“Membudayakan masyarakatnya menggunakan produk lokal. Nah produk lokalnya apa, baju ndek dipakai selasa pakai ndek, di Jawa Tengah selasa pakai lurik, sama. Rabu kita pakai batik. Kalau di sini baju adat hari kamis, sama kaya kita,” tuturnya.
Mantan anggota DPR RI itu mendorong agar Bali juga meniru gaya Jateng yang memanfaatkan satu hari, yakni kamis keempat setiap bulan untuk menggunakan baju adat nusantara. Sehingga lebih banyak produk lokal yang digunakan.
Ganjar sempat melihat produk mebel atau furnitur dengan desain yang bagus. Ganjar mengatakan, sebenarnya Indonesia sangat mampu memenuhi kebutuhan furniturnya dari dalam negeri.
“Anda lihat bagaimana mebel di sini, furniturnya cukup bagus desainnya bagus. Kalau saya membayangkan sekolah juga kantor bisa pengadaan dari produk lokal, ini akan bisa meningkatkan ekonomi,” ujarnya.
Ganjar juga mendorong agar Dekranasda Bali memiliki e-katalog. Sehingga produk-produk IKM Bali bisa dipasarkan lebih luas.
“Dari Dekranasda Bali ini keliatan banget produk berkualitasnya. Sebenarnya bisa dibeli dengan menggunakan e-katalog lokal dan memanfaatkan 40 persen APBD, dan itu bisa diambil. Saya kira tidak hanya yang kelihatan di sini, pasti provinsi lain juga punya semacam itu sehingga kita bisa pakai,” jelasnya.
Apalagi di Bali, lanjut Ganjar, punya banyak sekali upacara keagamaan. “Dan itu memanfaatkan produk masyarakat sehingga kultural spiritualnya jalan, produk yang ada di masyarakat juga jalan,” tandas Ganjar. (Jambrong)