Wartapati.com SEMARANG – Patut diacungi jempol prestasinya terhadap 2 orang difabel asal Banyuwangi Jawa Timur Nanang Setyawan (28) dan Erwin Aditya Nur Hakiki (25) yang mampu memberikan contoh untuk selalu semangat bagi para difabel lainnya.
Sebab kekurangan fisik yang dimilikinya, ternyata tidak mematahkan semangat untuk menempuh perjalanan dari Banyuwangi sampai Aceh dengan cara bersepeda.
Nanang yang tuna daksa itu mengayuh sepeda tuanya dari Banyuwangi menuju Aceh pada Juli 2019 hanya menggunakan satu kaki. Bersama Kiki yang mengalami tuna rungu dan tuna wicara, keduanya tiba di titik nol kilometer Aceh pada 3 Desember 2019.
Berbekal uang saku Rp 3 juta, keduanya nekat menyelusuri ratusan kilometer jalanan dari Banyuwangi ke Aceh. Namun terkadang, apabila kota masih jauh dan lelah sudah melanda, keduanya rela tidur di SPBU atau tempat lainnya.
Aksi yang dilakukan oleh keduanya ini selalu mendapat perhatian dari semua orang para pecinta sepeda tua dimana setiap kota yang disinggahi, bahkan keluar di benak keduanya ketika perjalanan pulang dan sampai di semarang untuk menyempatkan diri mampir ke kediaman Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Puri Gedeh Kota Semarang, Minggu (9/2).
“Saya ke sini Pengen ketemu pak Ganjar, pengen foto bareng. Soalnya saya tahu pak Ganjar juga hobi sepedaan. Beliau juga orangnya baik, merakyat, sopan kepada siapapun, dan beliau juga adalah idola saya,”kata Nanang dengan nada sayu.
Sebelum bertemu Ganjar, Nanang menceritakan kisah perjalanannya, Banyak sekali suka duka yang dialami, Sukanya bisa ketemu banyak saudara baru sesama pecinta sepeda ontel, sementara untuk dukanya seperti ban pecah, tidur di pom bensin, rantai lepas, rem blong sampai jatuh ke semak-semak dan lain sebagainya.
Diakuinya, Selain penasaran dengan Pulau Sumatera, Nanang dan Kiki juga mengemban misi penting. Keduanya ingin memberikan semangat kepada teman-temannya penyandang disabilitas agar tetap semangat dan tidak putus asa.
“Selain mencari saudara, perjalanan saya ini juga untuk memotivasi teman-teman seperti saya agar selalu semangat menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka tidak boleh putus asa dan tetap menjalani hidup dengan semangat, tetap memberikan yang terbaik,” pungkasnya.
Ganjar sendiri yang menemui dua goweser tersebut langsung mengacungkan dua jempolnya. Ia tidak menyangka, dua difabel asal Banyuwangi ini mampu bersepeda sampai titik nol kilometer di Aceh.
“Mereka berdua istimewa. Luar biasa hebat. Saya heran, ini karena nekat, ora duwe gawean (tidak punya pekerjaan) atau apa ya. Apalagi mas Nanang ini, mengayuh hanya pakai satu kaki, aku wae ora kuat (saya saja tidak kuat),”Canda Ganjar dengan nada senyum.
Meski begitu, Ganjar salut dengan kehebatan dua difabel asal Banyuwangi ini. Apalagi, selain untuk mencari saudara, keduanya mengusung misi penting dalam memberikan semangat kepada para penyandang disabilitas lainnya.
“Keren lah pokoknya. Mereka berdua penyandang disabilitas menyemangati rekan-rekannya dengan bersepeda. Mereka mau mengatakan, jangan patah hati dan tetap semangat kepada para penyandang disabilitas lainnya,” tambahnya.
Pertemuan antara Nanang dan Kiki dengan Ganjar berlangsung sangat seru dan menyenangkan, apalagi kebiasaan Ganjar dari dulu yang terkesan tidak membeda-bedakan pada siapapun, membuat perbincangan itu semakin akrab.
Selain mengorek cerita selama perjalanan, Ganjar juga menggoda apakah keduanya bertemu dengan perempuan cantik. Mengingat, keduanya belum menikah.
Sambil tersipu malu, Nanang dan Kiki menceritakan bahwa menemukan banyak perempuan cantik. Namun yang menarik hati Nanang adalah gadis cantik asal Jambi bernama Putri. Dengan iseng, Ganjar pun meminta foto Nanang dengan Putri.
“Cantik ternyata, pinter kamu. Mbak Putri, mas Nanang naksir kamu,” candanya disambut tawa Kiki. Sementara Nanang hanya tersipu malu.
Perbincangan mereka berlangsung lama dan semakin seru, hingga akhirnya kedua growser disabel itu harus pamit kepada orang nomor 1 di Jawa Tengah itu untuk melanjutkan perjalanannya, Namun sebelum Berangkat Ganjar berpesan agar keduanya selalu semangat dan jangan pernah putus asa.
Kontributor : Jambrong
Editor : Wisnu