WARTATIMES Semarang – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membuat terobosan melibatkan organisasi masyarakat dan organisasi profesi sebagai penyuluh, dalam program Community Based Activity (CBA). Program ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya untuk waspada dalam menggunakan obat-obatan, suplemen dan kosmetik.
“Kami menyambut baik pembentukan penyuluh ini, karena kita tahu kondisi di masyarakat, terlalu gampang mengkonsumsi obat kimia, yang memang mungkin masyarakat tidak begitu memahami dampak-dampak (atau) efek samping obat kimia. Ini butuh edukasi, butuh penyadaran sehingga pembentukan penyuluh ini hemat kami sangat strategis, dan apalagi yang dilibatkan di komunitas ini adalah organisasi-organisasi yang memang ada di masyarakat,” papar Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno, usai menghadiri acara BPOM Goes to Community di Provinsi Jawa Tengah, Senin (30/05/2022).
Organisasi yang dilibatkan, menurut Sekda, adalah organisasi-organisasi yang langsung bersinggungan dengan masyarakat. Sehingga, komunikasinya tentu akan lebih efektif dan edukasi lebih mudah diberikan.
Kehati-hatian dalam memilih obat, suplemen dan kosmetik ini, lanjut dia, secara tidak langsung juga akan berpengaruh pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Sebab, masyarakat tidak akan memilih obat, suplemen dan kosmetik berbahaya, yang bisa berdampak buruk bagi kesehatannya.
“Kalau bicara kesehatan, kalau dari penyuluh kan bukan bicara cara mengobati, tapi bagaimana supaya hidup sehat. Apalagi kan bicara masalah suplemen kan untuk daya tahan dan sebagainya. Itu adalah bagaimana program promosi kesehatan, jadi masyarakat lebih sadar (bahwa) lebih baik sehat, meskipun sakit itu gratis, tapi tetap lebih baik adalah menjaga pola hidup sehat, tetap sehat,” tuturnya.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM RI Reri Indriani mengatakan, organisasi masyarakat dan organisasi profesi yang dilibatkan antara lain adalah Karang Taruna, Pramuka, Fatayat NU, Muslimat NU, PKK, Persit Kartika Chandra Kirana dan IDI. Pihaknya membangun sinergitas lintas sektor untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari penyalahgunaan obat dan berbahaya di dalam obat tradisional, suplemen kesehatan maupun kosmetik.
Terlebih, beber Reri, pada pandemi covid – 19, ada pihak-pihak tidak bertanggungjawab yang mempromosikan obat dan suplemen secara overclaim. Mereka memanfaatkan momentum kenaikan kebutuhan masyarakat terhadap obat dan suplemen.
Berdasarkan penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional terhadap 1.524 responden, disimpulkan sebanyak 79% masyarakat mengkonsumsi jamu untuk meningkatkan daya tahan tubuh selama wabah covid – 19.
“Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap produk jamu dan suplemen kesehatan di masa pandemi memunculkan klaim yang menyesatkan dan berlebihan, seperti jamu atau herbal yang dapat menyembuhkan covid 19, membunuh covid dan ini masih dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggungjawab,” ungkap dia.
Maka dari itu, peran serta pemerintah dan masyarakat dalam sisi pengawasan obat dan makanan sangat penting, dalam meningkatkan indeks kesadaran masyarakat terhadap produk yang aman terhadap kesehatan. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, pemilihan dan pengambilan keputusan yang bersifat sistemik sehingga terbangun komunitas yang sadar akan obat dan makanan yang aman.(jambrong)